Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyebut radikalisme dan terorisme merupakan bahaya global yang harus ditangkal melalui berbagai langkah strategis, salah satunya melalui media.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Suara Nahdlatul Ulama
KH Ma’ruf Amin Jelaskan Faktor Penyebab Munculnya Ideologi Radikal
Rabu, 22 Maret 2017 22:32Nasional
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyebut radikalisme dan terorisme merupakan bahaya global yang harus ditangkal melalui berbagai langkah strategis, salah satunya melalui media.
Aktivitas radikalisasi kian masif karena sejumlah faktor. Kiai Ma’ruf mengatakan, radikalisme muncul berpangkal dari pemahaman yang keliru, khususnya dalam memaknai istilah jihad.
Padahal menurutnya, jihad tidak selalu bermakna perang. Bahkan, upaya menjadikan kondisi masyarakat yang damai (islahiyyah) di segala lini kehidupan adalah jihad yang harus dilakukan.
“Dalam kondisi perang, jihad bisa berarti perang. Tetapi dalam kondisi damai, jihad bermakna perdamaian yang harus terus diusahakan,” ujar Kiai Ma’ruf, Rabu (22/3) di Jakarta dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama OKP dan Ormas.
Tragisnya, menurutnya Kiai Ma’ruf, para ekstremis terus mengampanyekan jihad sebagai perang sehingga yang terjadi adalah global war atau perang global.
Kiai Ma’ruf juga menjelaskan, radikalisasi juga terjadi karena tidak sedikit masyarakat yang belajar Islam dari internet dan media sosial, terutama anak muda.
“Ada seseorang yang tidak pernah terlihat ngaji tetapi tiba-tiba jadi radikal, ternyata belajarnya dari media sosial,” urainya.
Berangkat dari kondisi tersebut, dia menuturkan bahwa media sosial mempunyai peran efektif dalam menyebarkan paham radikal. Hal ini menuntut masyarakat agar lebih cerdas dalam menerima dan mencerna informasi di dunia maya.
“Secara teologis, Islam itu toleran. Kita harus bekerja sama dalam mengatasi masalah itu karena selama ini media sosial sangat efektif dalam upaya radikalisasi,” ucap Kiai Ma’ruf. (Fathoni)
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyebut radikalisme dan terorisme merupakan bahaya global yang harus ditangkal melalui berbagai langkah strategis, salah satunya melalui media.
Aktivitas radikalisasi kian masif karena sejumlah faktor. Kiai Ma’ruf mengatakan, radikalisme muncul berpangkal dari pemahaman yang keliru, khususnya dalam memaknai istilah jihad.
Padahal menurutnya, jihad tidak selalu bermakna perang. Bahkan, upaya menjadikan kondisi masyarakat yang damai (islahiyyah) di segala lini kehidupan adalah jihad yang harus dilakukan.
“Dalam kondisi perang, jihad bisa berarti perang. Tetapi dalam kondisi damai, jihad bermakna perdamaian yang harus terus diusahakan,” ujar Kiai Ma’ruf, Rabu (22/3) di Jakarta dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama OKP dan Ormas.
Tragisnya, menurutnya Kiai Ma’ruf, para ekstremis terus mengampanyekan jihad sebagai perang sehingga yang terjadi adalah global war atau perang global.
Kiai Ma’ruf juga menjelaskan, radikalisasi juga terjadi karena tidak sedikit masyarakat yang belajar Islam dari internet dan media sosial, terutama anak muda.
“Ada seseorang yang tidak pernah terlihat ngaji tetapi tiba-tiba jadi radikal, ternyata belajarnya dari media sosial,” urainya.
Berangkat dari kondisi tersebut, dia menuturkan bahwa media sosial mempunyai peran efektif dalam menyebarkan paham radikal. Hal ini menuntut masyarakat agar lebih cerdas dalam menerima dan mencerna informasi di dunia maya.
“Secara teologis, Islam itu toleran. Kita harus bekerja sama dalam mengatasi masalah itu karena selama ini media sosial sangat efektif dalam upaya radikalisasi,” ucap Kiai Ma’ruf. (Fathoni)
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyebut radikalisme dan terorisme merupakan bahaya global yang harus ditangkal melalui berbagai langkah strategis, salah satunya melalui media.
Aktivitas radikalisasi kian masif karena sejumlah faktor. Kiai Ma’ruf mengatakan, radikalisme muncul berpangkal dari pemahaman yang keliru, khususnya dalam memaknai istilah jihad.
Padahal menurutnya, jihad tidak selalu bermakna perang. Bahkan, upaya menjadikan kondisi masyarakat yang damai (islahiyyah) di segala lini kehidupan adalah jihad yang harus dilakukan.
“Dalam kondisi perang, jihad bisa berarti perang. Tetapi dalam kondisi damai, jihad bermakna perdamaian yang harus terus diusahakan,” ujar Kiai Ma’ruf, Rabu (22/3) di Jakarta dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama OKP dan Ormas.
Tragisnya, menurutnya Kiai Ma’ruf, para ekstremis terus mengampanyekan jihad sebagai perang sehingga yang terjadi adalah global war atau perang global.
Kiai Ma’ruf juga menjelaskan, radikalisasi juga terjadi karena tidak sedikit masyarakat yang belajar Islam dari internet dan media sosial, terutama anak muda.
“Ada seseorang yang tidak pernah terlihat ngaji tetapi tiba-tiba jadi radikal, ternyata belajarnya dari media sosial,” urainya.
Berangkat dari kondisi tersebut, dia menuturkan bahwa media sosial mempunyai peran efektif dalam menyebarkan paham radikal. Hal ini menuntut masyarakat agar lebih cerdas dalam menerima dan mencerna informasi di dunia maya.
“Secara teologis, Islam itu toleran. Kita harus bekerja sama dalam mengatasi masalah itu karena selama ini media sosial sangat efektif dalam upaya radikalisasi,” ucap Kiai Ma’ruf. (Fathoni)
BACA JUGA
- 1Ini Lafal Niat Puasa Rajab
- 2PBNU: Awal Rajab 1439 Jatuh pada Senin 19 Maret 2018
- 3Doa Syekh Abdul Qadir al-Jilani pada Malam Satu Rajab
- 4Cucu Syekh Abdul Qadir Jailani Bangga dengan NU dan Banser
- 5Ketentuan Waktu Puasa Rajab
- 6Jumlah Hari Puasa Rajab
- 7Ketika Habib Luthfi dan Habib Quraish Shihab Satu Panggung
- 8Hukum Anal Seks dalam Islam
- 9Tanggapan Ketum PBNU soal Ramalan Indonesia Bubar 2030
- 10Habib Luthfi Jelaskan Cara Mengenal dan Dikenal Allah
© 2015 NU Online. All rights reserved. Nahdlatul Ulama
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar